Sejak tahun 1999 aceh mulai membara, komplik bersenjata antara GAM dan TNI sudah sangat sering terjadi. Pada saat tersebut Aceh seperti ada dua pemerintahan. Sehingga semua hal yang menyangkut dengan kegiatan social harus extra hati-hati dalam melaksanakannya termasuk pendidikan.
Pada waktu itu saya telah menjadi
Kepala MTsN Model Gandapura Kabupaten Bireuen, pada suatu pagi saya kedatangan
seorang tamu yang tidak saya kenal ke ruang Kantor Kepala Madrasah, beliau
menyampaikan kepada saya bahwa para siswa harus disuruh pulang dari Madrasah
sebelum jam 10 pagi, karena setelah jam 10.00 akan ada penyerangan markas TNI
di Gandapura. Saya selaku pimpinan sangat bingung dalam mengambil kesimpulan,
apabila kita suruh pulang siswa akan dipertanyakan oleh banyak pihak mengapa
siswa cepat pulang. Apabila tidak disuruh takut terjadi perang sesuai dengan
berita yang kita terima maka situasi akan semakin gawat. Jam menujukkan 10.15
anak-anak masih belajar seperti biasa, suasana di jalan semakin hening, saya
semakin bingung untuk mengambil kesimpulan apakah siswa dipulangkan atau tetap
belajar seperti biasa, dan belum ada
keputusan.
Tanpa saya sadari jam telah
menunjukkan pukul 11.00, dari kejauah saya melihat ada orang lari dari arah jalan
raya ke belakang gedung madrasah. Baru saya menyadari bahwa keributan telah
dimulai. Tiba-tiba 300 metar dari madrasah terjadi dentuman keras yang
memekakkan telinga. Suara letusan bom telah membahana, dengan serta merta saya
sadar bahwa benar berita yang disampaikan oleh tamu saya pada pagi hari dan
perang telah dimulai,
Dengan perasaan takut saya memerentahkan
kepada semua guru untuk mengawal anak-anak agar tidak ada yang keluar dari
ruangan karena sedang terjadi penyerangan terhadap pasukan keamanan di kota
Gandapura. Suara tembakan membahana dari semua arah, wajah-wajah siswa dan guru
kami telah pucat pasi menahan rasa takut yang tiada tara, saya mondar mandor
memeriksa semua sudut madrasah agar tidak ada siswa yang keluar madrasah.
Suasana teru s mencekam. Dari arah barat Madrasah telah kelihatan ada asap yang
membumbung tinggi ke udara. Keudee Geurugok telah dibakar kata seseorang yang
sedang lari pulang kerumah di belakang madrasah.
Suasana semakin mencekam, Suara
tembakan semakin mengila dari semua arah. Ada sebahagian siswa yang sudah
menangis menahan rasa takut. Saya juga ikut bingung karena tidak dapat
melakukan sesuatu. Hanya saja saya mengajak mereka untuk berdoa agar perang
cepat mereda. Namun anak-anak tetap merasa takut karena suara senjata yang
terus membahana diselingi dengan suara letusan bom dari arah yang sama. Satu
deretan Keudee Geurugok sebelah selatan telah musnah di telan si jagoo merah.
Tanpa terasa air mata saya membasahi
pipi. Karena saya baru teringat bahwa dua orang anak saya masih di sekolah TK
yang tidak jauh dari arena perang, sedang kan ibunya juga tidak ada di rumah
masih berada di madrasah dimana dia bertugas. Saya hanya dapat berdoa kepada
Allah swt agar anak-anak dan isteri saya dilindungi oleh yang kuasa, karena walau
bagaimanapun saya juga harus melindungi anak didik saya agar mereka tidak
menjadi korban. Dan saya yakin bahwa anak-anak saya akan dilindungi oleh orang
lain. Hati saya semakin galau dari
kejauhan terdengar suara rebut-ribut, setelah dipastikan sumber suara keributan
tersebut ternyata ada sekelompok Brimob yang mengamuk karena rekan mereka
menjadi korban dalam penembakan tersebut.
Suara tembakan sudah mereda, namun
sisa-sisa pertikaian semakin terlihat. Satu persatu wali siswa mulai datang ke
madrasah untuk menjemput anak-anak mereka. Maka satu persatu siswa kami izinkan
pulang bersama dengan orang tuanya walaupun kondisi di perjalanan belum begitu
aman.
Pada pukul 15.00 saya keluar dari
Madrasah untuk menjempun dua orang ptri saya yang masih di Taman Kanak-Kanak.
Ketika saya berada di depan Keudee Geurugok saya merasa sangat terharu melihat
bekas terjadi perang. Satu deretan Keudee geurugok hangus di lalap si jago
merah. Banyak rekan rekan kami dipasar kaki dan tangannya terluka. Saya tidak bertanya
banyak tentang kondisi yang ada didepan saya. Namun saya yakin ini adalah
merupakan bias dari kontak senjata. Sehingga pasar menjadi hangus dan banyak
orang yang ikut terluka malah ada yang meninggal dunia karena kena tembakan
senjata api.
Dengan lingan air mata saya terus
memacu sepeda motor merk Vesva menuju Taman Kanak- Kanak untuk menjepun
anak-anak saya. Setiba di TK saya merasa sangat terkejut karena semua anak-anak
tidak ada di sekolah, sekolah dalam keadaan tertutup. Dan saya tidak dapat berjalan
lagi lutut saya gemetar badan jadi lemas, karena putri saya tidak tahu sudah
dimana. untuk bertanya tidak ada satu pun orang yang ada disekitar sekolah.
Dengan perasaan sangat sedih dan diiringi
rasa bersalah saya berdoa kepada Allah ya Allah lindungilah anak-anakku
dari segala mara bahaya yang menimpanya mereka masih sangat kecil untuk
mengalami urusan yang seperti ini, hanya enggkaulah ya Allah yang memiliki
segala-galanya. Engakaulah yaa Allah yang Maha mengetahui semua rahasia ini.
Terimalah doaku ya Allah……!
Setelah itu dari kejauhan datang
seseorang perempuan dengan berlari-lari kecil dan memanggil nama saya, lalu
saya menoleh kearahnya, lalu beliau berkata : “ Pak jangan sedih semua
anak-anak dalam keadaan sehat sekarang sudah dikumpulkan di rumah ibuk guru
yang di sebelah sana ! sambil menunjukkan kearah rumah di maksud. Jika bapak
mau mengambilnya dipersilahkan.
Seraya mengucapkan Alllahu Akbar 3x
saya bersujud merendah dihadapan Allah dan bersyukur kepadanya yang telah
mengabulkan doa doaku dan menyelamatkan anak-anak kami. Lalu saya menjemput
mereka dan saya bawa pulang ke rumah. Di perjalanan saya tidak dapat berbicara
sepatah katapun, saya merasa sangat berbahagia walaupun perang berkecamuk mulai
jam 11 tadi pagi, namun saya masih dipertemukan dengan kedua putri saya.
Madrasah pada sore itu telah kosong
semua siswa telah jijemput oleh orang tuanya. Tinggal perasaan wis was karena
kondisi yang sama diperkirakan akan terulang kembali karena situasi keamanan di
Aceh semakin membara.
Posting Komentar untuk "PERANG PADA JAM BELAJAR"