Pertengahan Juli 1997 saya di lantik menjadi Kepala MAN Krueng Geukueh, sebelumnya saya menjadi guru di MAN Lhokseumawe sejak Tanggal 1 Maret 1993. Ketika hari pertama saya menjalankan tugas di MAN Krueng Geukueh saya menemukan hal yang beda dari biasanya. Dimana MAN Krueng Geukueh merupakan Madrasah yang baru di Negerikan. Gedung permanen yang digunakan untuk melakukan kegiatan sehari-hari masih menumpang di emperan Mesjid Bujang Salim Krueng Geukeuh. Siswa merupakan buangan dari sekolah atau madrasah sekitar yang tidak naik kelas, tidak lulus bahkan dikeluarkan dari sekolah karena bandel, itupun jumlahnya hanya sedikit.
Pada awalnya saya sedikit ragu
menjalankan tugas di madrasah tersebut. Setelah seminggu saya bertugas terasa
sangat berat beban yang saya pikul, sehingga terfikir untuk kembali menjadi
guru biasa dimanapun ditempatkan saya terima. Perasaan seperti itu saya
ceritakan pada isteri saya tercinta, isteri saya sangat memakluminya dan dia
mengikuti semua keputusan saya. Namun ada satu motifasi yang diberikan kepada
saya untuk menentukan sikap selanjutnya. Kalimat yang diungkapkan adalah hidup
tidak seindah yang kita bayangkan dan tidak seberat yang kita fikirkan. Kalimat
tersebut menjadi modal besar dalam menjalankan tugas saya, ditambah dengan
pesan kedua orang tua saya bahwa apabila diberi tugas maka jalanilah dengan
penuh tanggungjawab tanpa ada keluhan karena Allah akan selalu memberikan jalan
keluar.
Setelah sebulan saya menjalani tugas
sebagai Kepala Madrasah, saya mulai terfikir bagaimana merobah kondisi Madrasah
yang serba tidak ada menjadi madrasah yang menjadi harapan semua orang. Mulai
saat itu saya mencoba mendekati tokoh-tokoh masyarakat yang ada di sekitar
madrasah guru-guru saya yang ada di madrasah, kepala sekolah sekitar, bapak
camat dan semua pemangku kepentingan untuk mendapat dukungan membangun MAN
Krueng Geukueh menjadi madrasah harapan masyarakat.
Tugas pertama saya di MAN krueng
Geukueh adalah mencari lokasi untuk pembangunan MAN Krueng Geukueh secara
permanen. Pada suatu hari di tahun 1997 saya bertemu dengan Kepala Desa Lancang
Barat, saya berbincang tentang harapan ingin membangun MAN Krueng Geukueh di
lokasi yang strategis yang medah di jangkau semua orang. Beliau memberikan dukungan
yang luar biasa, bahwa di Keude Blang ada tanah wakaf dari orang kaya yang
dapat dijadikan lokasi pembangaunan MAN Krueng Gekueh. Untuk melanjutkan
harapan ini saya harus mendapat restu dari ahli wakif dan surat izin dari
nazir.
Setelah tahu alam wakif maka saya
dan teman saya Kasmidi, kebetulan beliau adalah Kepala Urusan Tata Usaha di MAN
Krueng Geukueh sepakat untuk menemui yang mewakafkan tanah tersebut di Kota
Medan.
Pertengahan Bulan Suci Ramadhan kami
berangkat ke Medan untuk bertemu dengan ahli wakif untuk memohon izin agar di
atas tanah wakaf yang diwakafkan untuk masjid untuk dappat di bangun madrasah,
karena dalam ikrar wakaf disebutkan bahwa tanah wakaf tersebut diperuntukkan
untuk kepentingan agama termasuk pendidikan agama. Pihak wakif mengizinkan
dengan menandatangani surat izin pendirian madrasah. Kami merasa sangat
berbahagia mulai saat itu MAN Krueng Geukueh telah memiliki lokasi sendiri
untuk pembangunan gedung dan seluruh sarana dan prasaran yang dibutuhkan oleh
madrasah.
Pada Januari 1998 saya selaku Kepala
MAN Krueng Geukueh dipanggil ke Banda Aceh untuk menerima bantuan dana pertama
untuk pembangunan MAN Krueng Geukueh, yang diperuntukan untuk ruang
perpustakaan dan pagar keliling Madrasah.
Berkat kerjasama semua pemangku
kepentingan maka MAN Krueng Geukueh mulai mengembangkan dirinya secara perlahan
untuk memenuhi harapan masyarakat Krueng Geukueh dan sekitarnya untuk mendapat
pelayanan bidang pendidikan Agama dan Keagamaan sampai dengan saat ini.
Posting Komentar untuk "HARI-HARI PERTAMA SEBAGAI KEPALA MADRASAH"